Senin, 26 Oktober 2015

WASPADA ALIRAN SESAT

Ini adalah pengalaman pribadi sekitar beberapa tahun
yang lalu. Saat itu aku sedang berada di Daik Lingga
karena suatu urusan. Seperti biasa sebelum kembali ke
tempat kerja aku mampir ke Penuba untuk bermalam di
rumah abang kandungku. Seminggu sebelumnya aku
memang ditelpon abangku karena katanya di sana ada
pengajian rutin. Aku hanya bilang insyaallah kalau ada
kesempatan mampir. Kebetulan hari itulah saatnya aku
bisa mampir disana. Kebetulannya lagi malam itu adalah
jadwal pengajian mingguannya.
Singkat cerita setelah sampai rombongan ustadz ini dari
Dabo kerumah abangku, aku ngobrol dengan seseorang
yang dipanggil “ayah”. Perkiraan umur beliau adalah
sekitar 60-an. Tanpa basa basi sang ayah mengatakan,
‘’kita harus mengambil ilmu hanya dari Al Qur’an. Tidak
boleh dari buku-buku atau apapun walaupun di
dalamnya terdapat ayat-ayat Al Qur’an’’. Spontan aku
bertanya, mengapa kita tidak boleh mengambil rujukan
dari buku-buku para Ulama? Bukankah mereka
mengambil ilmunya juga dari Al Qur’an dan tentunya
mereka lebih memahami agama daripada kita? Di jawab
oleh sang ‘’ayah’’, oh.. tetap saja tidak boleh karena
sumber utama kita hanya Al Qur’an bukan dari buku-
buku yang lainnya. Dalam hatiku berkata ini pasti ajaran
tak beres.
Tibalah saat pengajian dengan jumlah hadirin sekitar 10
orang. Untuk diketahui mereka tidak mau kalau
pengajian ini diadakan di masjid dengan jumlah hadirin
yang lebih banyak. Jika ada yang ingin ikut pengajian
maka harus memulai dari awal dengan anggota baru
lainnya. Jadi yang dibahas malam itu adalah masalah
‘’Negara Islam’’. Yang menyampaikan pengajian tersebut
adalah pria berusia sekitar 35 tahun. Aku tidak terlalu
tertarik dengan pengajian tersebut karena ustadznya
tidak lancar baca al Qur’an.
Selesai saja pria tersebut menyampaikan meterinya maka
masuklah sang ‘’ayah’’ dari beranda rumah. Lalu
menanyakan kepada kami semua apakah sudah siap
untuk di bai’at. Lho ada apa ini, tanyaku dalam hati.
Rupanya menurut keterangan dari abangku bahwa malam
tersebut adalah jadwal untuk pengambilan bai’at. Satu
persatu hadirin ditanya lalu menyatakan kesiapan untuk
dibai’at. Tiba saatnya aku ditanya, aku bilang tidak mau
dan bertanya bai’at untuk apa?. Seorang pemuda di
sebelahku menjelaskan bahwa ikutlah berba’at bahwa
kita harus taat pada Allah dan dan taat pada pemimpin
(sudah sewajarnya sih kita taat Allah dan pemimpin) Dan
seandainya melanggar perintah-perintah Allah maka kita
siap untuk langsung diturunkan azab seberat-beratnya
di dunia ini dari Allah. Wah ngeri nih, yaudah kalau gitu
kalian aja deh kataku, aku tidak mau. Setelah gagal
membujukku akhirnya malam itupun gagal untuk
membai’at seluruh hadirin. Kelihatannya semua kecewa
padaku terutama ‘’ayah” dan rombongannya.
Lalu atas permintaan mereka malam itu juga kami antar
rombongan mereka pulang sampai ke pelabuhan Jago,
Dabo Singkep. Padahal tadinya mereka ingin bermalam
di rumah abangku. Abangku merasa agak tidak enak
dengan kejadian ini. Setelah pulang kerumah kami
bertukar fikiran mengenai apa yg baru terjadi. Lalu kami
memutuskan untuk konsultasi ke seorang Ustadz di
dekat masjid. Setelah mendengar cerita singkat kami
maka sang ustadz menanyakan apakah kalian sudah di
bai’at? Belum jawabku. Lalu ustadz ini bercerita
mengenai kelompok atau orang-orang ini sampai
membuat kami merinding. Ternyata mereka adalah salah
satu kelompok aliran sesat di Indonesia. Ciri-ciri mereka
adalah:
Tidak suka sholat berjama’ah di Masjid
Tidak mewajibkan sholat 5 waktu dengan alasan syari’at
Islam belum tegak
Mengkafirkan orang yang berada diluar kelompoknya,
bahkan menganggap halal berzina dengan orang diluar
kelompoknya.
Menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan seperti
menipu bahkan terhadap orang tua sekalipun.
Adanya BAI’AT. Ketika akan dibai’at seseorang harus
membayar uang yang mereka sebut uang penyucian jiwa
sebesar Rp. 250.000 ke atas. Jika idak mampu maka
dianggap hutang yang harus dibayar.
Membenci pemerintah bahkan terkesan ingin memerangi
pemerintah.
Cara termudah mengenali mereka ini adalah mereka
mengajak mempelajari islam secara sembunyi-sembunyi
dan tidak pernah mau di ajak ke masjid, konten
pembicaraan mereka sering mengkafirkan kelompok
selain mereka dan memvonis pemerintah adalah toghut
(setan) lalu akhirnya mereka akan melakukan
penggalangan dana dengan mengatasnamakan zakat
atau infaq.
Akhirnya kami bersyukur telah dijauhkan Allah dari
golongan orang-orang yang sesat. Semoga pengalaman
ini dapat menjadi pelajaran bagi semua, terutama bagi
diriku yang mengalami. Aamiin..
By: Johan Muhammad Isa

1 komentar:

Siapa Luqman Al Hakim Sebenarnya

Sebagai mukjizat akhir zaman, Al Qur'an akan membuat ummat akhir ini takjub dengan tingginya kandungan ilmu yang terdapat dalam AL Qur...