STANDAR GANDA ‘SALAFI’.
Oleh: Sahlan Ahmad.
Harap maklum kalau salafi wahabi suka menerapkan standar ganda. Katanya tidak boleh persekusi, mereka sendiri main persekusi. Katanya tidak boleh main teror opini. Giliran si Viktor Laiskodat menghina Islam, mereka bilang, “Bukan penghinaan. Tidak bisa diproses hukum, karena punya ‘hak Imun’.” Baru tau, kalau ada vaksin yang bisa bikin kebal hukum. Kalau memang ada, kira-kira sudah ada label halalnya nggak ya? Begitulah kecebong. Tak paham dalil dan tak paham agama. Harap maklum saja. Soalnya sudah jadi watak dan habitatnya. Yang bikin nyesek, kalau ada “Ahli Dalil,” tapi ikut-ikutan gaya tim kecebong. Niru main standar ganda. Banyak bukti kalau Salafi ternyata doyan menerapkan standar ganda. Saking banyaknya, teman-teman bisa menambahkannya sendiri.
PERTAMA=> kita merasa heran dengan sikap Saudi yang memblokir Qotar. Dengan semangat, Salafi mengatakan, “Itu karena Qatar bekerja sama dengan Syi’ah Iran.” Eh, giliran Saudi mengundang pemimpin Syi’ah Iraq untuk membangun hubungan politik, dengan nada malas, Salafi menjawab, “Apa antum sudah tabayun?” Apa mereka tidak tau, kalau Syi’ah Iran tidak jauh beda dengan Syi’ah Iraq? Bagi salafi, Untuk orang lain boleh langsung menvonis. Tapi untuk diri sendiri, harus tabayun. standar ganda!
KEDUA=> Ketika kaum muslimin Palestina mempertahankan hak mereka, dengan sinis Salafi mengatakan, “Kalian harus hijrah.!” Giliran masjidnya didemo, tiba-tiba semua dalil-dalil syar’i keluar dari bibir mereka. “Mempertahankan hak adalah bagian dari jihad.” Mau tanya sama ustadz Salafi, “Kenapa kalian tidak menggunakan dalil yang sama untuk kasus Palestina? ”Di antara pengikut Salafi ada yang menyatakan, “Menyamakan Masjid Al-Aqsha dengan Masjid Imam Ahmad adalah ‘qiyas batil’.”Ya salam... kalian belajar Ushul Fiqih dari mana? Apa kalian tidak pernah mendengar yang namanaya Qiyas Aula? Alok lah, anggap kami salah dalam masalah itu. Asal kalian tau, tidak harus menjadi muslim untuk membela Al-Aqsha. Cukup anda menjadi manusia. Cukup kalian punya rasa belas kasihan dan jiwa kemanusiaan. Kecuali kepekaan dan hati nurani kalian sudah mati. Lain lagi ceritanya.
KETIGA=> Jika ada salah seorang ustadz di luar lingkaran Salafi melakukan kekeliriuan, dengan kompak ustadz-ustadz Salafi mentahdzirnya. Diadakan tablig akbar, untuk membahas kesesatan ustadz tersebut. Jika perlu, Metro TiPu dan Kompos TV diundang untuk menyiarkannya secara live. Namun, giliran ada ustadz Salafi yang ‘sengaja’ melakukan kekeliruan. Dengan ‘watados’ Salafi berkata, “Namanya juga manusia, tidak ada yang ma’shum.” Jika kesalahan ustadznya dibahas, mereka marah. “Apa antum tidak punya pekerjaan lain?” “Stop saling caci maki. Perbuatan kalian membuat orang kafir senang.” Eh, ntong.., apa kalian pikir tahdziran (yang berisi caci maki, bully, dan merusak nama baik orang) yang kalian lakukan selama ini membuat orang kafir menangis? Pikir dong pake otak! Lucunya, pengikut Salafi selalu saja tidak paham dengan sindiran seperti ini. Dibilangnya, “Hasad lah, dengki lah. "Istigfar akhi, ingat Allah!" Giliran kolompoknya memosting sesuatu yang meremehkan atau mentahdzir orang di luar kelompoknya, kata-kata tadi tiba-tiba hilang dari benak mereka.Tulisan ini bukan untuk mencari-cari kesalahan Salafi. Kalau dicari, tidak cukup puluhan halaman untuk menulisnya.Tapi untuk mengingatkan Salafi, bahwa banyak pratek standar ganda yang mereka terapkan. Dan itu tidak baik untuk persatuan umat. Salafi..., Cukup ‘tim sebelah’ yang dipanggil kecebong. Tau kan kecebong? Hidup di dua alam. Makanya mereka pakai “standar ganda.”Apa kalian juga mau, gara-gara sering pakai standar ganda, akhirnya dipanggil “ Kecebong Nyunnah?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar