Selasa, 31 Januari 2017

AHAD BUKAN MINGGU

Kronologis kata AHAD diganti MINGGU
(By _akhina fillah_ Ustadz Moh. Toha).

Alkisah; Sebelum thn 1960, tak pernah dijumpai nama hari yg bertuliskan Minggu selalu tertulis hari Ahad. Begitu juga penanggalan di kalender tempo dulu, masyarakat Indonesia tidak mengenal sebutan Minggu.Kita semua sepakat bahwa kalender atau penanggalan di Indonesia telah terbiasa dan terbudaya untuk menyebut hari Ahad di dlm setiap pekan (7 hari) dan telah berlaku sejak periode yg cukup lama. Bahkan telah menjadi ketetapan di dlm Bahasa Indonesia. Lalu mengapa kini sebutan hari Ahad berubah menjadi hari Minggu? Kelompok dan kekuatan siapakah yg mengubahnya? Apa dasarnya? Resmikah dan ada kesepakatankah? Kita ketahui bersama, bhw nama hari yg telah resmi dan kokoh tercantum ke dlm penanggalan Indonesia sejak sebelum zaman penjajahan Belanda dahulu, adlh dgn sebutan :
1. Ahad (al-Ahad = hari kesatu),
2. Senin (al-Itsnayn=hari kedua),
3. Selasa (al-Tsalaatsa' = hari ketiga),
4. Rabu (al-Arba'aa = hari keempat),
5. Kamis (al-Khamsatun = hari kelima),
6. Jum'at (al-Jumu'ah = hari keenam = hari berkumpul/berjamaah),
7. Sabtu (as-Sab'atun=hari ketujuh).

Nama hari tersebut sudah menjadi kebiasaan dan terpola di dlm semua kerajaan di Indonesia. Semua ini adalah karena jasa positif interaksi budaya secara elegan nan damai dan besarnya pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia yg membawa penanggalan Arab. Sedangkan kata minggu diambil dari bahasa Portugis, Domingo (dari bahasa Latin dies Dominicus, yg berarti "dia do Senhor", atau HARI TUHAN KITA). Dlm bahasa Melayu yg lebih awal, kata ini dieja sebagai Dominggu. Dan baru sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kata ini dieja sebagai Minggu. Jadi, kita pasti paham siapa yg dimaksud TUHAN KITA, bagi yg beribadah di hari minggu. Bagaimana ini bisa terjadi.  Ada yg mengatakan dgn dana ttt yg cukup besar dari luar Indonesia, dibuat membiayai monopoli pencetakan kalendar selama bertahun-tahun di Indonesia. Percetakan dibayar agar menihilkan (0) kata Ahad diganti dgn Minggu. Setelah kalender jadi, lalu dibagikan secara gratis atau dijual obral/sangat murah. Dampaknya adlh: Masyarakat Indonesia secara tak sadar, akhirnya kata Ahad telah terganti menjadi Minggu di dlm penanggalan Indonesia. Pentingkah?Jawabannya Sangat Penting untuk upaya mengembalikan kata Ahad. Bagi umat Islam adlh penting, karena: Kata Ahad mengingatkan kepada nama Allah SWT yg Maha Ahad sama dgn Maha Tunggal/Maha Satu/Maha Esa. Allah tdk beranak dan diperanakkan. Kata Ahad dalam Islam adlh sebagai bagian sifat Allah SWT yang penting dan mengandung makna utuh melambangkan ke-Maha-Esa-an Allah SWT. Oleh karena itu : Mari kita ganti minggu menjadi ahad. Apabila dlm 7(tujuh) hari biasa disebut seminggu, yg tepat adlh disebut dgn sepekan dan bukan minggu depan tapi pekan depan. semoga hari ini penuh berkah buat kita dan keluarga... Aamiin aamiin aamiin._Ayo raih pahala dg share ke temen- temen.

Senin, 23 Januari 2017

Istana Dajjal Sudah di Bangun

Dajjal adalah makhluk dan tokoh akhir zaman yang kedatangannya selalu diperingatkan oleh setiap Nabi atas ummatnya termasuk Nabi kita Muhammad saw. Banyak hadist yang membicarakan tentang dajjal baik itu fisik, kemampuan maupun tanda-tanda kemunculannya.

Dajjal adalah makhluk yang Allah berikan kekuatan untuk melakukan hal-hal ajaib yang akan menggoyahkan iman. Dengan kemampuan yang Allah berikan dajjal mampu menurunkan hujan atau sebaliknya menahan turunnya hujan. Dajjal memiliki kemampuan yang akan membuat orang yang lemah imannya merasa takjub. Bahkan tidak sedikit orang yang memiliki iman yang tangguh akhirnya goyah.

Kemunculan dajjal adalah suatu kepastian dan dajjal akan dibunuh oleh Nabi Isa as berdasarkan keterangan dari hadis-hadis shahih. Salah satu tanda kemunculan dajjal adalah lalainya manusia dari persoalan dajjal yang di tandai dengan semakin berkurangnya orang yang memberi peringatan tentang kemunculan dajjal. Akhirnya dajjal akan muncul disaat tidak ada lagi seorangpun yang memberi peringatan tentangnya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ad-Dajjal tidak akan keluar sampai manusia menjadi heran dengan perkaranya (Ad-Dajjal) dan sampai para mubaligh di atas mimbar-mimbar tidak memperingatkannya."
(HR Ahmad – Shahih)

Dajjal akan muncul jika manusia sudah dilalaikan dengan dunia dan menjadi hal yang aneh ketika ada orang membicarakan tentangnya. Ketika itu dajjal dengan segala kemampuannya membuat takjub umat manusia, ada yang mengingkarinya namun tidak sedikit yang menjadi pengikut dan menyembahnya.

Meskipun dajjal memiliki berbagai kemampuan yang dahsyat akan tetapi dajjal tidak memiliki kemampuan untuk memasuki kota Madinah. Allah mengharamkan dajjal untuk menginjakkan kaki diatas tanah kota Madinah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Al-Masih Ad-Dajjal tidak akan bisa memasuki Madinah yang pada saat itu memiliki 7 gerbang (pintu) yang disetiap gerbangnya akan dijaga oleh 2 malaikat.
(Shahih Bukhari).

Dajjal akan berkeliling dunia dan menjelajahi seluruh penjuru bumi untuk mencari pengikut agar  menyembahnya. Akan tetapi ketika akan memasuki kota Madinah, dajjal tidak sanggup memasukinya. Dajjal lalu menghentakkan kakinya dan terjadilah gempa sebanyak tiga kali padahal tidak pernah terjadi gempa atas kota Madinah sebelum itu. Lalu keluarlah berhamburan orang-orang kafir dan munafik untuk bergabung dengan pasukan dajjal.

Dajjal memiliki sebuah istana megah di atas bukit yang tinggi. Dari atas bukit dan istana itu dajjal dan pengikutnya memandangi masjid Nabawi dari kejauhan yang tampak layaknya istana putih.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dajjal akan mendaki gunung dan melihat ke arah kota Madinah. Kemudian dia akan megatakan kepada para pengikutnya, ‘Kalian melihat Istana Putih itu ? Itu adalah masjidnya Ahmad'”
(Hakim dalam Mustadrak Shahih sesuai syarat dari Imam Muslim).

Kemunculan dajjal sudah semakin dekat sebab istana kerajaan dajjal telah dibangun di atas bukit seperti yang telah disabdakan Rasulullah saw. Bangunan ini telah dibangun oleh pemerintah Saudi di atas puncak bukit / Jabal Habsy di sekitar kota Madinah yang di sebut Kingdom Palace, masyarakat sekitar menyebutnya "istana dajjal". Hal ini merupakan salah satu mukjizat Rasulullah saw yang menjelaskan peristiwa akhir zaman dengan sangat tepat dan rinci. Bahwa dari atas bukit ini dajjal akan memandang Masjid Nabawi yang kini laksana istana yang berwarna putih, padahal saat Rasulullah saw memberitakan hadist ini masjid Nabawi masih berupa bangunan dari pohon dan pelepah-pelepah kurma. Kini istana dajjal telah dibangun, tinggal menunggu waktu  kemunculan dajjal laknatullah 'alaih. Semoga kita diselamatkan dari fitnah dajjal.
Aamiin ya Rabb al Alamiin..

By: Johan Muhammad Isa

Sabtu, 21 Januari 2017

Jangan Tuduh Kami

Dibawah ini adalah beberapa dalil dan hujjah amalan yang sering dianggap bid'ah oleh sekelompok orang yang mengaku sabagai pengikut salaf sedangkan diluar mereka adalah ahlul bid'ah. Mudah-mudahan beberapa keterangan ini dapat menyadarkan mereka untuk berhenti teriak bid'ah terhadap amalan yang mereka sendiri tidak tahu dasar dan keterangannya atau karena kerasnya hati untuk menerima kebenaran dari selain kelompok mereka sendiri.

1. Dalil Zikir zahr (keras)
Sabda Rasululllah saw : “Perbanyaklah dzikir kepada Allah sehingga mereka (yang melihat dan mendengar) akan berkata : Sesungguhnya dia orang gila"
(HR. Hakim, Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Ibnu Hibban, Ahmad, Abu Ya’la dan Ibnus Sunni)

Dari Ibnu Abbas ra. dia berkata : Rasulallah saw bersabda “Banyak-banyaklah kalian berdzikir kepada Allah sehingga orang-orang munafik akan berkata : ’Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang riya’
(HR. Thabrani)

Mengomentari hadits ini, Imam Al Suyuthi dalam kitabnya Natiijatul Fikri fil jahri biz dzikri berkata : “Bentuk istidlal dengan dua hadits ini adalah bahwasanya ucapan dengan ‘Dia itu gila’ dan ‘Kamu itu riya’ hanyalah dikatakan terhadap orang-orang yang berdzikir dengan jahr, bukan dengan lirih (sir).”

2. Dalil Zikir berjama'ah
Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah berkumpul suatu kaum, mereka berdzikir kepada Allah, melainkan para malaikat mengelilingi mereka, rahmat Allah menaungi mereka, ketenangan dari Allah turun kepada mereka dan Allah menyebutkan mereka di antara orang-orang yang bersama-Nya.”
(HR. Ahmad [11892], Abd bin Humaid [861], Abdurrazzaq [20577], dan al-Thabarani dalam al-Ausath [1500]).

Hadits di atas, memberikan pelajaran tentang keutamaan dzikir berjamaah atau dzikir bersama. Kadang mereka akan membantah dengan kalimat: “Ya walaupun dzikir bersama, tapi bacaannya kan tidak perlu seragam seperti paduan suara” Maka jawaban kita:“ Anda mengerti makna berjamaah tidak? Seandainya ada seratus orang berkumpul di Masjid, tapi shalatnya dilakukan sendiri-sendiri, apakah dinamakan shalat berjamaah? Tentu tidak kan? Nah, dzikir berjamaah itu juga demikian, mereka sama-sama membaca, baik membaca sendiri-sendiri atau dengan satu suara seperti paduan suara. Hal ini juga dipertegas dengan hadits lain tentang membaca satu suara.
Syaddad bin Aus berkata, “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba beliau berkata, “Apakah di antara kalian ada orang asing (ahli kitab)?” Kami menjawab, “tidak ada wahai Rasulullah.” Lalu beliau memerintahkan agar mengunci pintu dan berkata, “Angkatlah tangan kalian, lalu katakan Laa ilaaha illallaah!” Kami mengangkat tangan beberapa saat, kemudian Rasulullah meletakkan tangannya. Lalu bersabda, “Alhamdulillah.Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengutusku membawa kalimat tauhid ini, Engkau memerintahkannya kepadaku dan menjanjikanku surga karenanya, sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji.” Kemudian beliau bersabda, “Bergembiralah, sesungguhnya Allah telah mengampuni kalian."
(HR. Ahmad [17121], al-Hakim 1/501, al-Thabarani dalam Musnad al-Syamiyyin [921], dan al-Bazzar. Hadits ini dihasankan oleh al-Hafizh al-Mundziri dalam al-Targhib wa al-Tarhib 2/415).

Perhatikan, dalam hadits di atas, para sahabat membaca kalimah thoyyibah bersama-sama berdasarkan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berarti berdzikir dengan satu suara itu tidak tercela, bahkan bagus dilakukan berdasarkan hadits tersebut.

3. Masalah Sholawat Palsu dan shalawat syirik.
Saya kutip pernyataan Gus Aab (KH. Abdullah syamsul 'arifin) berikut : Tidak ada yang disebut sholawat palsu atau sholawat syirik. yang ada sholawat tidak ma'tsur (teksnya tidak dari rasululullah). yaitu sholawat yang teksnya disusun sendiri oleh para ulama. Menyusun sendiri teks sholawat itu hukumnya boleh. Di dalam musnad ahmad bin hambal terdapat sholawat yang disusun oleh sayyidina 'Ali yang dikenal dengan sholawat mantiq, yang mana sholawat itu tidak pernah di ajarkan Rasulullah saw. Ini menjadi dalil bahwa memyusun sendiri teks sholawat itu boleh. Seandainya tidak boleh, maka sayyidina 'Ali tidak akan melakukannya. Demikian menurut gus Aab.

4. Zikir saat yasinan atau saat di kuburan dan sambil goyang-goyangkan badan. Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Mu’adz bin Jabal berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak pernah menyesal penduduk surga kecuali karena satu waktu yang mereka lalui, sedangkan mereka tidak mengisinya dengan dzikir kepada Allah.”
(HR. al-Hakim al-Tirmidzi (4/106), al-Thabarani [182], al- Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman [513], dan al- Dailami [5244]. Al-Hafizh al-Dimyathi berkata: sanad hadits ini jayyid. Lihat, al- Matjar al-Rabih hlm 205).

Hadits ini menjadi dalil bahwa dzikir dianjurkan setiap saat, tanpa dibatasi dengan waktu, tempat dan posisi tubuh. Apakah waktunya siang atau malam, apakah tempatnya di rumah setelah yasinan atau di kuburan setelah ziarah, apakah posisi tubuh sambil duduk, berdiri, berbaring, atau sambil goyang2 kaki atau goyang2 kepala.... Semuanya sah2 saja. Jadi jelaslah bahwa yang masuk 72 GOLONGAN AHLUL BID'AH FITNAH TANDUK SYAITAN YANG SESAT DAN MENYESATKAN UMAT adalah  MEREKA YANG TELAH MEMFITNAH AMALIYAH ASWAJA TIDAK PUNYA DALIL DAN HANYA KARANGAN PARA KIYAI ATAU HABIB.

5. Mengenai pernyataan al-syathibi.
Cukup kita katakan, semoga allah selalu merahmatibeliau dan kita menghargai fatwa beliau.... Sedangkan hujjah kita adalah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Bilal ketika shalat fajar: “Hai Bilal, kebaikan apa yang paling engkau harapkan pahalanya dalam Islam, karena aku telah mendengar suara kedua sandalmu di surga?”. Bilal menjawab: “Kebaikan yang paling aku harapkan pahalanya adalah aku belum pernah berwudhu’, baik siang maupun malam, kecuali aku melanjutkannya dengan shalat sunat dua raka‘at yang aku tentukan waktunya.” Dalam riwayat lain, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Bilal: “Dengan apa kamu mendahuluiku ke surga?” Ia menjawab: “Aku belum pernah adzan kecuali aku shalat sunnat dua raka‘at setelahnya. Dan aku belum pernah hadats, kecuali aku berwudhu‘ setelahnya dan harus aku teruskan dengan shalat sunat dua raka‘at karena Allah”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Dengan dua kebaikan itu,kamu meraih derajat itu”.
(Shahih Bukhari, Muslim,al-Nasa’i dalam Fadhail al- Shahabah, al-Baghawi, Ibn Hibban, Abu Ya’la, Ibn Khuzaimah, Ahmad, dan al-Hakim yang menilainya shahih).

Mengomentari hadits ini, Imam Ibn Hajar al-Asqalani berkata: “Dari hadits tersebut dapat diambil faedah, bolehnya berijtihad dalam menetapkan waktu ibadah. Karena sahabat Bilal mencapai derajat yang telah disebutkan berdasarkan istinbath (ijtihad), lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membenarkannya”.
(Fath al-Bari: 3/34)-

Ibn Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mendatangi Masjid Quba’ setiap hari sabtu, dengan berjalan kaki dan berkendaraan. Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu juga selalu melakukannya”. (Shahih Bukhari).

Mengomentari Hadits ini, Imam Ibn Hajar al-Asqalani berkata: “Hadits ini, dengan jalur-jalur (sanad)nya yang berbeda, mengandung dalil bolehnya menentukan sebagian hari, dengan sebagian amal saleh dan melakukannya secara rutin. Hadits ini juga mengandung dalil, bahwa larangan berziarah ke selain Masjid yang tiga, bukan larangan yang diharamkan”.
(Fath al-Bari: 3/69).

Wabillahil Hidayah wal Taufiq.

Kebaikan yang Terlupakan

ALKISAH seorang anak bertengkar dengan ibunya dan meninggalkan rumah. Saat berjalan tanpa tujuan, ia baru sadar bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Ia melewati sebuah depot bakmi, ia lapar sekali, ingin makan semangkok bakmi. Pemilik bakmi melihat anak itu berdiri cukup lama didepan depotnya, lalu bertanya “Nak, apakah engkau ingin memesan bakmi?” “Ya, tapi aku tidak punya uang,” jawab anak itu dengan malu-malu. “Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu,” jawab si pemilik depot.Anak itu segera makan. Kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada apa Nak ?” tanya pemilik depot. “Tidak apa-apa, aku hanya terharu karena seorang yang baru kukenal memberi aku semangkuk bakmi, sedangkan ibuku telah mengusirku dari rumah. Kauseorang yang baru kukenal tapi begitu peduli padaku”. Pemilik depot itu berkata “nak, mengapa kau berpikir begitu? Renungkan hal ini, aku hanya memberimu sermangkuk bakmi dan kau begitu terharu, sedangkan ibumu telah memasak bakmi, nasi, dan lain-lain. Sampai kamu dewasa, harusnya kamu berterima kasih kepadanya”. Anak itu kaget mendengar hal tersebut. “Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?” Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih, tapi terhadap ibuku yang memasak untukku selama ber-tahun-tahun, aku tak pernah berterima kasih. Anak itu segera menghabiskan bakminya, lalu ia bergegas pulang. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah cemas. Ketika melihat anaknya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Nak, kau sudah pulang, cepat masuk, Ibu telah menyiapkan makan malam.”Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan tangisnya dan menangis dihadapan ibunya.Kadang satu kesalahan, membuat kita begitu mudah melupakan kebaikan yang telah kita nikmati tiap hari.Sekali waktu kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain untuk suatu pertolongan kecil yang kita terima. Namun kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua, kita sering lupa untuk berterima kasih.hidup itu indah, kalau kita pandai bersyukur dan berterima kasih.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamuberbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berduadengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS Al Isra ayat 23-24).

Ahlu Fathroh

Allah Swt berfirman:

لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا أُنذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُون

Agar kamu memperingatkan suatu kaum yang datuk-datuk mereka belum mendapat peringatan dan mereka dalam keadaan lalai “. (Yasin : 6)

Allah juga berfirman

:لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا أَتَاهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُون

Agar kamu memperingatkan suatu kaum yang tidak ada seorang pemberi peringatan pun pada mereka sebelum kamu, supaya mereka mendapat petunjuk“ (As-Sajdah : 3)
Dan ayat :

لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا أَتَاهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Agar kamu memperingatkan suatu kaum yang tidak ada seorang pemberi peringatan pun pada mereka sebelum kamu, supaya mereka sadar “(Al-Qashash: 46)

Jumat, 20 Januari 2017

Jangan Berdebat dengan Orang Bodoh

Imam Syafi’i berkata

:ﺍﺫَﺍ ﻧﻄَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻔِﻴْﻪُ ﻭَﺗُﺠِﻴْﺒُﻬُﻔَﺦٌﺮْﻳَ ﻣِﻦْ ﺍِﺟَﺎﺑَﺘِﻪِ ﺍﻟﺴُّﻜُﻮْﺕ

Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi.

Beliau juga berkata : Sikap diam terhadap orang bodoh adalah suatu kemulia’an. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan.

Selasa, 17 Januari 2017

Fatwa 4 Mazhab Tentang Wahabi

1. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB HANAFI

Dari kalangan ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin Afandi yang populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam kitabnya, Hasyiyah Radd al-Muhtar tantang Wahhabi sebagai berikut

:“مَطْلَبٌ فِي أَتْبَاعِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ الْخَوَارِجِ فِيْ زَمَانِنَا :كَمَا وَقَعَ فِيْ زَمَانِنَافِيْ أَتْبَاعِ ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ الَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ نَجْدٍ وَتَغَلَّبُوْا عَلَى الْحَرَمَيْنِ وَكَانُوْايَنْتَحِلُوْنَ مَذْهَبَ الْحَنَابِلَةِ لَكِنَّهُمْ اِعْتَقَدُوْا أَنَّهُمْ هُمُ الْمُسْلِمُوْنَوَأَنَّ مَنْ خَالَفَاعْتِقَادَهُمْ مُشْرِكُوْنَ وَاسْتَبَاحُوْابِذَلِكَ قَتْلَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَقَتْلَ عُلَمَائِهِمْ حَتَى كَسَرَ اللهُشَوْكَتَهُمْ وَخَرَبَ بِلاَدَهُمْ وَظَفِرَ بِهِمْ عَسَاكِرُ الْمُسْلِمِيْنَعَامَ ثَلاَثٍ وَثَلاَثِيْنَ وَمِائَتَيْنِوَأَلْفٍ.” اهـ (ابن عابدين، حاشية رد المحتار، ٤/٢٦٢).“

Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij pada masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil Wahhab yangkeluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapimereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233 H.” (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar, juz 4, hal. 262).

2. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB MALIKI
Dari kalangan ulama madzhab al-Maliki, al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriahdan semasa dengan pendiri Wahhabi, berkata dalam Hasyiyah ‘ala Tafsir al-Jalalain sebagai berikut

:هَذِهِ اْلآَيَةُ نَزَلَتْ فِي الْخَوَارِجِ الَّذِيْنَ يُحَرِّفُوْنَ تَأْوِيْلَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَيَسْتَحِلُّوْنَ بِذَلِكَ دِمَاءَ الْمُسْلِمِيْنَوَأَمْوَالَهُمْكَمَا هُوَ مُشَاهَدٌ اْلآَنَ فِيْنَظَائِرِهِمْ وَهُمْ فِرْقَةٌ بِأَرْضِ الْحِجَازِ يُقَالُ لَهُمُ الْوَهَّابِيَّةُ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ عَلىَ شَيْءٍ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُالْكَاذِبُوْنَ.(حاشية الصاوي على تفسير الجلالين، ٣/٣٠٧)..“

Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta.” (Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain, juz 3, hal. 307).

3. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB SYAFI’I
Dari kalangan ulama madzhab Syafi’i, al-Imam al-Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan al-Makki, guru pengarang I’anah al-Thalibin, kitab yang sangat otoritatif (mu’tabar) di kalangan ulama di Indonesia, berkata tentang Wahhabi

:وَكَانَ السَّيِّدُ عَبْدُ الرَّحْمنِ الْأَهْدَلُ مُفْتِيْ زَبِيْدَ يَقُوْلُ: لاَ يُحْتَاجُ التَّأْلِيْفُ فِي الرَّدِّ عَلَى ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ، بَلْ يَكْفِي فِي الرَّدِّ عَلَيْهِ قَوْلُهُ صلى الله عليه وسلم سِيْمَاهُمُ التَّحْلِيْقُ، فَإِنَّهُ لَمْ يَفْعَلْهُ أَحَدٌ مِنَ الْمُبْتَدِعَةِاهـ (السيد أحمد بن زيني دحلان، فتنة الوهابية ص/٥٤).“

Sayyid Abdurrahman al-Ahdal, mufti Zabidberkata: “Tidak perlu menulis bantahan terhadap Ibn Abdil Wahhab. Karena sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam cukup sebagai bantahan terhadapnya, yaitu “Tanda-tanda mereka (Khawarij) adalah mencukur rambut (maksudnya orang yang masuk dalam ajaran Wahhabi, harus mencukur rambutnya)”. Karena hal itu belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari kalangan ahli bid’ah.” (Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Fitnah al-Wahhabiyah, hal. 54)..

4. ‘ULAMA KALANGAN MADZHAB HAMBALI
Dari kalangan ulama madzhab Hanbali, al-Imam Muhammad bin Abdullah bin Humaid al-Najdi berkata dalam kitabnya al-Suhub al-Wabilah ‘ala Dharaih al-Hanabilah ketika menulis biografi SyaikhAbdul Wahhab, ayah pendiri Wahhabi, sebagai berikut

:عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ سُلَيْمَانَ التَّمِيْمِيُّ النَّجْدِيُّ وَهُوَوَالِدُ صَاحِبِ الدَّعْوَةِ الَّتِيْ انْتَشَرَشَرَرُهَا فِي اْلأَفَاقِ لَكِنْ بَيْنَهُمَا تَبَايُنٌ مَعَ أَنَّ مُحَمَّدًا لَمْ يَتَظَاهَرْ بِالدَّعْوَةِ إِلاَّ بَعْدَمَوْتِ وَالِدِهِ وَأَخْبَرَنِيْ بَعْضُ مَنْ لَقِيْتُهُ عَنْ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ عَمَّنْ عَاصَرَ الشَّيْخَ عَبْدَالْوَهَّابِ هَذَا أَنَّهُ كَانَ غَاضِبًا عَلىَ وَلَدِهِ مُحَمَّدٍ لِكَوْنِهِ لَمْ يَرْضَ أَنْ يَشْتَغِلَ بِالْفِقْهِكَأَسْلاَفِهِ وَأَهْلِ جِهَتِهِ وَيَتَفَرَّسُ فِيْه أَنَّهُ يَحْدُثُ مِنْهُ أَمْرٌ .فَكَانَ يَقُوْلُ لِلنَّاسِ: يَا مَا تَرَوْنَ مِنْ مُحَمَّدٍ مِنَ الشَّرِّ فَقَدَّرَ اللهُ أَنْ صَارَ مَاصَارَ وَكَذَلِكَ ابْنُهُ سُلَيْمَانُ أَخُوْ مُحَمَّدٍ كَانَ مُنَافِيًا لَهُ فِيْ دَعْوَتِهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ رَدًّا جَيِّداًبِاْلآَياَتِ وَاْلآَثاَرِ وَسَمَّى الشَّيْخُ سُلَيْمَانُ رَدَّهُ عَلَيْهِ ( فَصْلُ الْخِطَابِ فِي الرَّدِّ عَلىَمُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ ) وَسَلَّمَهُ اللهُ مِنْ شَرِّهِ وَمَكْرِهِ مَعَ تِلْكَ الصَّوْلَةِ الْهَائِلَةِ الَّتِيْأَرْعَبَتِ اْلأَبَاعِدَ فَإِنَّهُ كَانَ إِذَا بَايَنَهُ أَحَدٌ وَرَدَّ عَلَيْهِ وَلَمْ يَقْدِرْ عَلَى قَتْلِهِ مُجَاهَرَةًيُرْسِلُ إِلَيْهِ مَنْ يَغْتَالُهُ فِيْ فِرَاشِهِ أَوْ فِي السُّوْقِ لَيْلاً لِقَوْلِهِ بِتَكْفِيْرِ مَنْ خَالَفَهُوَاسْتِحْلاَلِ قَتْلِهِ. اهـ (ابن حميد النجدي، السحب الوابلة على ضرائح الحنابلة، ٢٧٥).“

Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Tamimi al-Najdi, adalah ayah pembawa dakwah Wahhabiyah, yang percikan apinya telah tersebar di berbagai penjuru. Akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Padahal Muhammad (pendiri Wahhabi) tidak terang-teranganberdakwah kecuali setelah meninggalnya sang ayah. Sebagian ulama yang aku jumpai menginformasikan kepadaku, dari orang yang semasa dengan Syaikh Abdul Wahhab ini, bahwa beliau sangat murka kepada anaknya, karena ia tidak suka belajar ilmu fiqih seperti para pendahulu dan orang-orang di daerahnya. Sang ayah selalu berfirasat tidak baik tentang anaknya pada masa yang akan datang. Beliau selalu berkata kepada masyarakat, “Hati-hati, kalian akan menemukan keburukan dari Muhammad.” Sampai akhirnya takdir Allah benar-benar terjadi. Demikian pula putra beliau, Syaikh Sulaiman (kakak Muhammad bin Abdul Wahhab), juga menentang terhadap dakwahnya dan membantahnya dengan bantahan yang baik berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Syaikh Sulaiman menamakan bantahannya dengan judul Fashl al-Khithab fi al-Radd ‘ala Muhammad bin Abdul Wahhab. Allah telah menyelamatkan Syaikh Sulaiman darikeburukan dan tipu daya adiknya meskipun ia sering melakukan serangan besar yang mengerikan terhadap orang-orang yang jauh darinya. Karena setiap ada orang yang menentangnya, dan membantahnya, lalu ia tidak mampu membunuhnya secara terang-terangan, maka ia akan mengirim orang yang akan menculik dari tempat tidurnya atau di pasar pada malam hari karena pendapatnyayang mengkafirkan dan menghalalkan membunuh orang yang menyelisihinya.” (Ibn Humaid al-Najdi, al-Suhub al-Wabilah‘ala Dharaih al-Hanabilah, hal. 275)..

KESIMPULAN:
Perbuatan Tanpa IlmuBelakangan, dari Kaum Wahhabi kontemporer tidak sedikit terlontar pernyataan tokoh-tokoh mereka yang menistakan generasi salaf secara parsial (juz’i).

Contoh :
Syaikh Nashir al-Albani dalam fatwanya mengkafirkan al-Imam al-Bukhari karena melakukan ta’wil terhadap ayat mutasyabihat dalam al-Qur’an. Dalam kitab al-Tawassul Ahkamuhu wa Anwa’uhu, al-Albani juga mencela Sayyidah‘Aisyah, dan menganggapnya tidak mengetahui kesyirikan. Syaikh Ahmad bin Sa’ad bin Hamdan al-Ghamidi, menganggap al-Imam al-Hafizhal-Lalika’i, pengarang kitab Syarh Ushul I’tiqad Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, tidak bersih dari kesyirikan. Demikian sekelumit contoh penistaan tokoh-tokoh Wahhabi terhadap generasi salaf dan para ulama terkemuka secara parsial.Demikian pernyataan ulama terkemuka dari empat madzhab, Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali, yang menegaskan bahwa golongan Wahhabi termasuk Khawarij bukan Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Tentu saja masih terdapat ratusan ulama lain dari madzhab Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang menyatakan bahwa Wahhabi itu Khawarij dan tidak mungkin kami kutip semuanya.

Pesan buat sahabat… berhati2lah wahai saudara ku,dengan kelicikan kaum penyesat ummat itu, jangan mudah tertipu dengan kata2 manis mereka, tapi lihatlah dulu maksud dari nya ,karena kebusukan2 mereka semua di balut dengan kata2/istilah yang menggugah hati. Naudzubillah…

Minggu, 15 Januari 2017

Tentang Bid'ah

1. *Maulid Itu Bid'ah*
Maulid tidak dilakukan Rasulullah SAW, tidak pula para sahabat dan tabiin. Jika maulid itu baik pasti mereka telah melakukannya!

Jawaban
Kisah yang serupa pernah terjadi. Sayidina Abu Bakar ra berkata kepada Sayidina Umar ra yang mengusulkan untuk mengumpulkan al Quran

:كَيْفَ أَفْعَلُ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟» فَقَالَ عُمَرُ: هُوَ وَاللَّهِ خَيْرٌ

Artinya: Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak dilakukan Rasulullah SAW? Sayidina Umar ra menjawab: هُوَ وَاللَّهِ خَيْرٌ.. Ini (mengumpulkan al Quran) demi Allah adalah kebaikan. (Shahih Bukhari, Bab Laqod Jaakum Rasulun min Anfusikum).Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa segala kebaikan boleh dilakukan walaupun tidak dilakukan Rasulullah SAW. Apalagi jika yang tidak melakukannya adalah sahabat dan tabiin

2. *Maulid Merendahkan Nabi*
Merayakan maulid itu merendahan derajat Nabi SAW. Karena dengan maulid berarti Nabi SAW hanya disebutkan sehari saja dalam setahun.

Jawaban:
Kami tidak mengkhususkan memuji Nabi SAW di hari maulid saja. Kami hanya melebihkan pujian kepada Nabi SAW di hari itu. Tidakkah Anda renungkan bahwa Nabi SAW mengkhususkan untuk melebihkan rasa syukur pada hari kelahirannya dengan berpuasa di hari Senin, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim Ketika ditanya mengenai puasa hari Senin. Ketika itu Rasulullah menjawab

:ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فيه وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أو أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْه
ِArtinya: “Hari itu hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau diturunkan kepadaku wahyu.” (HR Muslim) Apakah kita katakan bahwa Nabi SAW hanya bersyukur di Hari Senin saja dan tidak bersyukur di hari-hari lain ataukah kita katakan bahwa Nabi SAW melebihkan rasa Syukur di hari itu (Senin)? Kemudian bagaimana menjawab puasa di Hari Asyura, karena bersyukur kepada Allah atas selamatnya Nabi Musa as? Apakah Nabi SAW hanya mengkhususkan syukur pada hari itu saja atau Nabi melebihkan syukur pada hari itu?Tentu jawabannya adalah Nabi SAW senantiasa bersyukur, namun Nabi menambahkan syukurnya pada momen-momen hari itu. Demikianlah pula maulid, kami senantiasa mengingat Nabi SAW di hari-hari lain, namun di hari itu kami melebihkan pujian atas beliau SAW.

3. *12 Rabiul Awal kan Wafatnya Nabi*
Bagaimana bisa kalian merayakan tanggal 12 Rabiul Awwal, padahal itu juga adalah hari wafatnya Nabi SAW?Jawaban:Kesamaan hari lahir dan hari wafatnya Nabi SAW (yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal) itu tidak mengurangi keutamaan hari maulid. Renungkan lah hadits yang datang dalam Sunan Nasai, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق آدم عليه السلام ، وفيه قبض

”Artinya:"Sesungguhnya hari terbaik kalian adalah Hari Jumat, di dalamnya Nabi Adam as diciptakan dan di hari itu juga Beliau diwafatkan." (HR Nasa'i)Hari Jumat tetaplah menjadi hari terbaik walau punpada hari itu pula Nabi Adam as wafat

4. *Jika Maulid Baik, Mengapa Sahabat Tidak Merayakan?* Seandainya perayaan maulid adalah kebaikan tentu telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Lalu apakah kalian lebih mencintai Nabi SAW dibandingkan para sahabat sedangkan mereka tidak pernah merayakan maulid.

Jawaban
1. Telah disebutkan dalam hadits shahih

عن عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ :مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم سَبَّحَ سُبْحَةَ الضُّحَى وَإِنِّي لأُسَبِّحُهَا

Dari Aisyah ra beliau mengatakan: “Aku tidak pernah melihat Nabi SAW shalat Dhuha, namun aku melakukannya.” (HR Bukhari). Seandainya itu kebaikan pasti Nabi SAW telah melakukannya. Kenapa tidak dikatakan kepada Sayidah Aisyah ra, “Kenapa kau melakukan ini sedangkan engkau berkata bahwa Nabi SAW tidak melakukannya".

2. Imam Syafii pernah bercerita: aku melihat di pintu Imam Malik seekor kuda dari kuda-kuda Khurasan dan Bighal Mesir. Lalu aku katakan, “alangkah bagusnya!” Imam Malik berkata, “itu adalah hadiah dariku untukmu.”Imam Syafii menimpali, “sisakanlah untuk dirimu seekor untuk kau kendarai. ”Imam Malik berkata, “aku malu kepada Allah untuk menjejak tanah Nabi-Nya (madinah) dengan telapak kaki kendaraan.” (Tartibul Madarik juz 2/53). Imam Malik enggan menginjak tanah kota Madinah dengan kaki hewan tunggangannya, beliau memilihberjalan kaki saja. Perhatikan, Imam Syafii ra tidak mengatakan kepada Imam Malik, “Apakah cintamu kepada Nabi SAW lebih besar daripada cinta para sahabat Nabi SAW yang berjalan di atas kendaraan mereka di kota Madinah? Apakah mereka tidak terpikir untuk melakukannya lalu hanya engkau bisa berpikir demikian?”

3. Ibnul Qoyim berkata:

سمعت ابن تيمية رحمه الله يقول : من واظب على يا حي يا قيوم لا إله إلا أنت كل يوم بين سنة الفجر وصلاة الفجر أربعين مرة أحيى الله بها قلبه

Aku mendengar Ibnu Taimiyah ra berkata, Siapa yang membiasakan membaca ‘Ya Hayyu Ya Qoyyum La ilaha Illa Anta’ setiap hari di antara shalat sunnah Fajr dan shalat Fajr sebanyak 40 kali, maka Allah akan menghidupkan hatinya. (Madarikus Salikin juz 3/264).Inilah Ibnu Taimiyah, ia juga ternyata melakukan sesuatu yang tidak pernah kita dengar diriwayatkan dari Nabi SAW, tidak pula dari para sahabatnya. Lalu kenapa kami tidak mendengar wahabi mengingkarinya? Tidak pernah mereka berkata,"seandainya ini baik, pastinya Nabi SAW dan para sahabatnya akan melakukannya".”Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutin, itu dikerjakan oleh sebagian manusia, dan mereka mendapat pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannyaterhadap Rasulullah SAW”. (Ibnu Taimiyah - Iqtidha’: 297).

Umur Nabi Isa as

Ada beberapa hadist yang menerangkan dan membicarakan mengenai umur Nabi Isa as. Jika kita tidak meneliti dan memahami dengan seksama maka kita akan mengatakan bahwa hadist-hadis tersebut kontradiktif atau bertentangan satu sama lainnya. Akan tetapi sebenarnya dapat kita ambil benang merah dan kesimpulan yang benar jika kita teliti dalam memahami hadist-hadis tersebut. Baiklah ini adalah beberapa hadis yang menyinggung umur Nabi Isa as. Mudah-mudahan dengan pembahasan singkat ini kita dapat mengetahui ihwal sebenarnya umur Nabi Isa as dan menyingkap beberapa misteri yang selama ini masih terkubur dan menjadi rahasia.

Dari Abu Nu’aim; Telah menceritakan kepada kami, Kaamil Abu Al-‘Alaa’, ia berkata: Aku mendengar Habiib bin Abi Tsabit menceritakan dari Yahya bin Ja’dah, dari Zayd bin Arqam, ia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai kami tiba di Gadiir Khum …, dan Rasulullah bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak diutus seorang Nabi pun kecuali ia hidup seperdua umur Nabi sebelumnya, dan sesungguhnya aku khawatir aku akan dipanggil (wafat) maka aku menjawabnya…”
(HR Thabrani dan Al Hakim)

Hadist di atas menjelaskan bahwa umur Nabi Muhammad saw adalah seperdua umur sebelumnya (Isa as). Jika umur Nabi Muhammad saw 60 tahun itu artinya umur Nabi Isa as 120 tahun. Senada dengan hadis di atas adalah hadis berikut ini.

Dari ‘Ubaid Al-‘Athaar, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Kaamil; Ia berkata: Telah memberitahukan kepadaku, Habiib bin Abi Tsabit, dari Yahya bin Ja’dah, dari Zayd bin Arqam, ia berkata: Nabi shallallahlu ‘alaihi wa sallambersabda: “Allah tidak mengutus seorang Nabi kecuali ia hidup seperdua umur Nabi sebelumnya”. (HR Bukhari dalam kitab Tariikh Al Kabir)

Selanjutnya kita simak hadist yang lebih tegas lagi yang menyatakan bahwa umur Nabi Isa as adalah 120 tahun.

Ibnu Abi ‘Ashim berkata: Telah menceritakan kepada kami, Umar bin Al-Khathab; Telah memberitakan kepada kami, Ibnu Abi Maryam, dari Nafi’ bin Yaziid; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Gaziyyah – yaitu ‘Umarah -, dari Muhammad bin Abdillah bin ‘Amr bin Utsman; Bahwasanya Ibunya yaitu Fathimah binti Al-Hasan menceritakan kepadanya; Bahwasanya Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada hari sakitnya sebelum wafat kepada Fathimah radhiyallahu ‘anha: “..Sesungguhnya Jibril ‘alaihissalam memberitakan kepadanya (Rasulullah) bahwasanya tidak ada Nabi kecuali ia hidup seperdua umur Nabi sebelumnya, dan bahwasnya Rasulullah memberitahukan kepadaku bahwasanya ‘Isa bin Maryam ‘alaihimassalam hidup seratus dua puluh tahun, dan aku tidak melihat kecuali akan wafat pada umurku yang ke enam puluh“.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam kitabnya “Ath-Thabaqaat” 2/308, dan Ishak bin Rahawaih dalam musnad-nya 5/9 no.8-2105

Hadist diatas mengabarkan kepada kita bahwa umur hidup Nabi Isa as dari beliau dilahirkan sampai wafat nanti adalah sekitar 120 tahun.

:عنحَمَّاد بْن سَلَمَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِجَعْدَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صلّى الله عليه وسلم قَالَ: »يَا فَاطِمَةُ، إِنَّهُ لَمْ يُبْعَثْ نَبِيٌّ إِلَّا عُمِّرَ الَّذِي بَعْدَهُ نِصْفَ عُمْرِهِ , وَإِنَّ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ بُعِثَ لِأَرْبَعِينَ، وَإِنِّي بُعِثْتُ لِعِشْرِينَ«

Dari Hammad bin Salamah, dari ‘Amr bin Diinaar, dari Yahya bin Ja’dah; Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Fathimah, sesungguhnya tidak diutus seorang Nabi kecuali diberi umur Nabi setelahnya seperdua dari umurnya, dan sesungguhnya ‘Isa bin Maryam diutus selama empat puluh tahun, dan sesungguhnya aku diutus selama dua puluh tahun”.

Nabi Muhammad saw berumur seperdua umur Nabi Isa as dan diutus seperdua masa diutusnya Nabi Isa as. Nabi Muhammad saw diutus selama 20 tahun sedangkan Nabi Isa as diutus dan berdakwah selama 40 tahun.

Abu Ya’laa dalam musnad-nya 12/110 no. 6742

:قال: حَدَّثَنَاالْحُسَيْنُ بْنُ الْأَسْوَدَ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ الْعَنْقَزِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ جَعْدَةَ قَالَ: قَالَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: »إِنَّ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ مَكَثَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ أَرْبَعِينَ سَنَةً«

Abu Ya’laa berkata: Telah menceritakan kepada kami, Al-Husain bin Al-Aswad; Telah menceritakan kepada kami, ‘Amr bin Muhammad Al-‘Angqaziy; Telah menceritakan kepada kami, Ibnu ‘Uyainah, dari ‘Amr bin Diinaar, dari Yahya bin Ja’dah, ia berkata: Fathimah binti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku: “Sesungguhnya ‘Isa Ibnu Maryam tinggal pada Bani Israil selama empat puluh tahun”.

Tinggal selama 40 tahun pada Bani Israil artinya beliau berdakwah selama masa itu.

Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam “As-Sunan” 4/117 no.4324, dari Abu Hurairah; Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

::لَيْسَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ - يَعْنِي عِيسَى - وَإِنَّهُ نَازِلٌ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَاعْرِفُوهُ: رَجُلٌ مَرْبُوعٌ إِلَى الْحُمْرَةِ وَالْبَيَاضِ، بَيْنَمُمَصَّرَتَيْنِ، كَأَنَّ رَأْسَهُ يَقْطُرُ، وَإِنْ لَمْ يُصِبْهُ بَلَلٌ، فَيُقَاتِلُ النَّاسَ عَلَى الْإِسْلَامِ، فَيَدُقُّ الصَّلِيبَ، وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيرَ، وَيَضَعُ الْجِزْيَةَ، وَيُهْلِكُ اللَّهُ فِي زَمَانِهِ الْمِلَلَ كُلَّهَا إِلَّا الْإِسْلَامَ، وَيُهْلِكُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ، فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ أَرْبَعِينَ سَنَةً، ثُمَّ يُتَوَفَّى فَيُصَلِّي عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ "“

Tidak ada antara aku dan ia (Isa) seorang nabi, dan sesungguhnya ia akan turun (di akhir zaman), maka jika kalian melihatnya maka kenalilah ia: Seorang laki-laki, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek (marbuu’), kulitnya kemerah-merahan dan putih, berbaju kekuningan (tidak mencolok), seolah-olah kepalanya meneteskan air, sekalipun tidak basah. Maka ia memerangi manusia agar masuk Islam, menghancurkan salib, membunuh babi, meninggalkan jizya (uang perdamaian), Allah membinasakan semua agama pada masanya kecuali Islam, Al-Masiih membunuh Dajjal. Maka ia tinggal di bumi selama empat puluh tahun, kemudian diwafatkan. Maka umat Islam men-shalatinya”.

Sedangkan hadist diatas ini menjelaskan umur dan masa ketika beliau turun kembali kedunia yaitu selama 40 tahun. Dari keterangan-keterangan hadist yang telah disebutkan dapat kita tarik kesimpulan bahwa:
1. Umur hidup Nabi Isa as secara keseluruhan adalah 120 tahun.
2. Masa kenabian/kerasulan untuk berdakwah pada umatnya adalah 40 tahun.
3. Masa hidup/turun kembali kedunia adalah 40 Tahun.
4. Masa kekosongan (sebelum diangkat/diutus jadi Nabi adalah selama 40 tahun.

Imam al-Syaukani ُberkata bahwa, “Para ahli tafsir berkata bahwasanya Allah swt tidak mengutus seorang Nabi kecuali jika telah mencapai umur 40 tahun.” (Tafsir Fathul Qadir V/18).

Ringkasnya adalah 40 tahun masa kosong + 40 tahun masa dakwah + 40 tahun kembali kedunia = 120 tahun.

Jadi sebenarnya hadist-hadist tersebut tidak kontradiktif akan tetapi saling melengkapi. Timbul pertanyaan jika masa dakwah Nabi Isa as adalah 40 tahun sebagaimana hadist yang telah kita sebutkan diatas lalu benarkah beliau sudah berdakwah selama masa tersebut? Atau apakah masa dakwah yang dimaksud adalah setelah kembali ke dunia nanti? Tentu saja pertanyaan terakhir ini tidak dapat dipertanggungjawabkan sebab setiap Nabi punya umat yang jadi tanggungjawab masing-masing dan umat saat ini adalah umat Nabi Muhammad saw bukan umat Nabi Isa as lagi. Nabi Isa as akan kembali dengan tugas khususnya yaitu membunuh dajjal, menghancurkan salib, babi serta membasmi yakjuj makjuj.

Pembahasan ini sangat berkaitan dengan peristiwa penyelamatan Nabi Isa as dari penyaliban. Ada dua pendapat yang berkembang, pertama adalah bahwa Nabi Isa as diselamatkan lalu diangkat kelangit dalam keadaan hidup sampai saat ini artinya beliau hanya berdakwah selama beberapa tahun saja atau jauh dari masa 40 tahun sebagaimana dijelaskan dalam hadist yang telah disampaikan dan tentu saja dengan pendapat ini artinya umur Nabi Isa as adalah ribuan tahun bukan 120 tahun sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadist. Pendapat kedua adalah bahwa Nabi Isa as diselamatkan dari penyaliban, tidak diangkat kelangit melainkan melanjutkan dakwah kepada umatnya sampai genap masa kenabian lalu wafat secara wajar dan dikuburkan lalu di akhir zaman akan kembali turun/hadir ke muka bumi ini selama 40 tahun kemudan wafat.
Wallahu'alam..

Kamis, 12 Januari 2017

Kisah BUGHATS / BURUNG GAGAK

Sebuah KISAH Pembangun JIWA Seorang ulama dari Suriah bercerita tentang do'a yang selalu ia lantunkan. Ia selalu mengucapkan do'a seperti berikut ini.

ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍﺭﺯُﻗﻨَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺮﺯُﻕُ ﺍﻟﺒُﻐَﺎﺙ

ََYa Allah, berilah aku rezeki sebagaimana Engkau memberi rezeki kepada bughats. Apakah "bughats" itu? Dan bagaimana kisahnya?"Bughats" anak burung gagak yang baru menetas. Burung gagak ketika mengerami telurnya akan menetas mengeluarkan anak yang disebut"bughats". Ketika sudah besar dia menjadi gagak (ghurab). Apa perbedaan antara bughats dan ghurab? Telah terbukti secara ilmiah, anak burung gagak ketika baru menetas warnanya bukan hitam seperti induknya, karena ia lahir tanpa bulu. Kulitnya berwarna putih. Saat induknya menyaksikanya, ia tidak terima itu anaknya, hingga ia tidak mau memberi makan dan minum, lalu hanya mengintainya dari kejauhan saja. Anak burung kecil malang yang baru menetas dari telur itu tidak mempunyai kemampuan untuk banyak bergerak, apalagi untuk terbang. Lalu bagaimana ia makan dan minum...? Allah Yang Maha Pemberi Rezeki yang menanggung rezekinya, karena Dialah yang telah menciptakannya. Allah menciptakan _aroma_ tertentu yang keluar dari tubuh anak gagak tersebut sehingga mengundang datangnya serangga ke sarangnya. Lalu berbagai macam ulat dan serangga berdatangan sesuai dengan kebutuhan anak gagak dan ia pun memakannya. ماشاءالله Keadaannya terus seperti itu sampai warnanya berubah menjadi hitam, karena bulunya sudah tumbuh. Ketika itu barulah gagak mengetahui itu anaknya dan ia pun mau memberinya makan sehingga tumbuh dewasa untuk bisa terbang mencari makan sendiri. Secara otomatis aroma yang keluar dari tubuhnya pun hilang dan serangga tidak berdatangan lagi ke sarangnya. Dia-lah Allah, Ar Razaq, Yg Maha Penjamin Rezeki..

.. نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَّعِيشَتَهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا

...Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia...(QS. Az-Zukhruf: Ayat 32)

Rezekimu akan mendatangimu di mana pun engkau berada, selama engkau menjaga ketakwaanmu kepada Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam:

"Sesungguhnya Malaikat Jibril membisikkan di dalam qalbuku bahwa seseorang tidak akan meninggal sampai sempurna seluruh rezekinya. Ketahuilah, bertaqwalah kepada Allah, dan perindahlah caramu meminta kepada Allah. Jangan sampai keterlambatan datangnya rezeki membuatmu mencarinya dengan cara bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya tidak akan didapatkan sesuatu yang ada di sisi Allah kecuali dengan menta'atinya."

Minggu, 08 Januari 2017

WAHABISME

DASAR HUKUM MENOLAK PAHAM SESAT WAHABI HADIS NABI SAW DLM KITAB SHAHIH BUHARI / MUNCULNYA TANDUK SYAITON NAJD Riyadh/Saudi Arabia .====================================================>Hadits Nabi saw :

لئن أدركتهم لأقتلنهم قتل عاد"ِ

Andai aku jumpai mereka (maksudnya:andai aku hidup hingga bertemu mereka) niscaya akan kuperangi mereka sebagaimana para nabi terdahulu memerangi kaum ‘ad”Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam memberitakansesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih Bukhari & Muslim dan lainnya”. Di antaranya:

الْفِتْنَةُ مِنْ هَا هُنَا الْفِتْنَةُ مِنْ هَا هُنَا وَأَشَارَ إِلَى الْمَشْرِق

Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana, sambil menunjukke arah timur (Nejed). HR. Muslim dalam Kitabul Fitan;

Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak anah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ke tempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur. HR. Bukhari no 7123, Juz 6 hal 20748. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, AbuDawud dan Ibnu Hibban.Nabi SAW pernah berdoa

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَامِنَا, اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْيَمَنِنَا

Ya Alloh, berikanlah kami berkah dalam negara Syam dan Yaman.Para sahabat bertanya: Dan dari Nejed wahai Rasulullah, beliau berdoa: Ya Alloh, berikanlah kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda:

:هُنَاكَ الزَّلاَزِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلَعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ وَفِيْ رِوَايَةٍ قَرْنَا الشَّيْطَان

Di sana (Nejed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk Syetan. Dalam riwayat lain: Dua tanduk Syetan.Bani Hanifah adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Su’ud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid Alwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammadbin Abdul Wahhab…”.Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang jelas ditujukan kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya hingga mereka yang mengikuti tidak diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum bercukur gundul. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya seperti yang dikatakan oleh Sayyid Abdur Rahman al-Ahdal: “Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahhab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah SAW itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tandamereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian”.Al Allamah Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah Al-Haddad menyebutkan dalam kitabnya “Jala’udz Dzolam” sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi SAW:

:سَيَخْرُجُ فِيْ ثَانِيْ عَشَرَ قَرْنًا فِيْ وَادِيْ بَنِيْ حَنِيْفَةَ رَجُلٌ كَهَيْئَةِ الثَّوْرِ لاَيَزَالُُ يَلْعَقُ بَرَاطِمَهُ يَكْثُرُ فِيْ زَمَانِهِ الْهَرَجُ وَالْمَرَجُ يَسْتَحِلُّوْنَأَمْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَوَيَتَّخِذُوْنَهَا بَيْنَهُمْ مَتْجَرًا وَيَسْتَحِلُّوْنَ دِمَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ

Akan keluar di abad kedua belas nanti di lembah Bani Hanifah seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyakterjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin”. Al-Hadits>>>>>>>>Untuk lebih jelasnya jelasnya Najd adalah dataran tinggi ditimur tengah riyad/Saudi Arabia .tentang siapa wahabi ini mari kita lihat ini:Setelah peperangan dengan bani hudzaifah, Nabi saw bersabda:

ويخرج في آخرالزمان في بلد مسيلمة رجل يغيّر دين الإسلام

“dan akan muncul di akhir zaman, di kampung Musailamah (Nejd) seorang laki-laki yang merubah-rubah ajaran islam”Nabi saw juga bersabda dalam hadits-hadits tentang fitnah :

سيظهر من نجدشيطان تتزلزل جزيرة العرب من فتنته

Akan muncul dari Nejd, syetan yangakan mengguncang jazirah arab dengan fitnahAlhamdulillah, semoga Allah melindungi kaum muslimin dari fitnah yang besar ini. AminSatu lagi, ada kabar gembira bagi orang-orang wahabi, bahwa ajaran mereka akan terus ada hingga munculnya dajjal (the big boss).
Nabi Saw bersabda :

يخرج ناس من المشرق يقرؤون القرآن لا يجاوز تراقيهم كلما قطع قرن نشأ قرن حتى يكون آخرهم مع المسيح الدجال

Akanmuncul sekelompok manusia dari arah timur (nejd, yamamah) sekelompok manusia. Mereka membaca Al Qur’an, namun tak sampai melewati kerongkongannya(apalagi sampai ke hatinya). Tiap kali tanduk syetan ini dipotong, tumbuh tanduk lagi. Hingga yangterakhir dari golongan ini bersama DajjalHebat. Juga sakti. Tanduk dipotong, tumbuh lagi. Ajaran mereka akan terus ada,hingga dajjal muncul. Kaum muslimin jangan berputus asa. Lawan mereka sebisa mungkin. Tak ada kata menyerah. Allah menyediakan pahala buat anda. Tulisan ini saya tutup dengan sebuah hadits Nabi saw:

لئن أدركتهم لأقتلنهم قتل عاد"ِ

Andai aku jumpai mereka (maksudnya:andai aku hidup hingga bertemu mereka) niscaya akan kuperangi mereka sebagaimana para nabi terdahulu memerangi kaum ‘ad

”MENGAPA YAHUDI MENCIPTA WAHABI...https://www.youtube.com/watch?v=shcTaLB7th8

DALAM KITAB “AL FAWAID AL MUNTAKHOBAT” karya Ibnu Jami Aziz Zubairi halaman 207 menyatakan bahwa Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah THOGHUT BESAR, SUKA MENYELIWINGKAN PENAFSIRAN HADIS DAN AL QUR AN hadits Nabi saw :

لئن أدركتهم لأقتلنهم قتل عاد"ِ

Andai aku jumpai mereka (maksudnya: andai aku hidup hingga bertemu mereka) niscaya akan kuperangi mereka sebagaimana para nabi terdahulu memerangi kaum ‘ad”

Siapa Luqman Al Hakim Sebenarnya

Sebagai mukjizat akhir zaman, Al Qur'an akan membuat ummat akhir ini takjub dengan tingginya kandungan ilmu yang terdapat dalam AL Qur...